Langsung ke konten utama

Postingan

Bagaimana Mempertahankan Kestabilan Ekonomi Mikro Kita di Tengah Pandemi Corvid-19

Ketika kita baru saja mengawali tahun yang baru di 2020, segala resolusi yang sudah matang kita siapkan sejak akhir tahun lalu. Ketika kita siap menjalaninya. Semuanya tidak bisa berjalan sesuai dugaan kita. Selain awal tahun baru yang dihadang hujan besar dan banjir, kini Virus Corona menghadang. Tahun 2020 akan selalu diingat sebagai tahun penuh cobaan. Sudah dua kuartal Virus ini menerjang tidak hanya di negeri kita, tapi dunia. Dari hari ke hari kasus demi kasus semakin bertambah. Pada awal bulan April ini, anjuran pemerintah untuk menjaga jarak dalam urusan sosial, sentuhan fisik, dan tetap tinggal di rumah semakin diwajibkan. Semua bekerja di rumah. Semua harus tetap tinggal di rumah apapun yang terjadi. Tidak ada yang boleh keluar jika tidak penting sekali, banyak toko tutup, rumah makan, mall, dan lainnya. Semua kegiatan berkumpul di tempat publik ditiadakan, semua event dicancel. Semua itu dilakukan demi meredakan lonjakan persebaran virus. Kemudian masalah lain timbul,
Postingan terbaru

MANUSIA PELINTAS MASA

Terkadang, perubahan tidak akan terjadi begitu saja setelah kita mengupayakannya... Mungkin kita tidak akan pernah melihat perubahan itu sampai ajal menjemput... Mungkin juga perubahan masih malu menampakkan dirinya, bahkan sampai orang yang kita kasihi meninggalkan dunia... Tapi tetap percayalah, suatu saat nanti, apa yang kita upayakan, akan memberikan hasil yang sangat bernilai. Malam itu, banyak sekali kendaraan motor dan beberapa mobil terparkir di depan rumah yang biasanya selalu sunyi senyap. Di pelataran rumah sudah dipenuhi orang tua-orang tua, di mana yang laki-laki menggunakan peci dan yang perempuan memakai jilbab atau sekedar menutup bagian atas kepalanya dengan   selembar kain atau selendang. Aku masih ingat sekali, dulu aku menghabiskan masa kecilku di rumah ini bersama ayah, ibu dan saudara-saudaraku. Rumah yang dulunya masih dikelilingi hutan yang lebat. Rumah kami dulu jauh lebih kecil dari bentuknya saat ini. Masa-masa kecilku, sampai aku menama

RAMBANG(NOMICS) - Investasi

Bapak ekonomi kita, Adam Smith pernah pada salah satu hipotesisnya direvisi oleh mahasiswa pasca sarjana di Princeton pada tahun 1949, John Nash, “Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh tiap individu dalam kelompok melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri dan kelompoknya.” Kelas yang aku ajar, yakni kelas 4 dan 5, merupakan tim kecil yang berisikan 18 calon pemimpin bangsa di masa depan. Aku berusaha tidak melewatkan satupun muridku yang tertinggal (tentu saja 18 murid sangat mudah terlihat di kelas dibandingkan 50 murid per kelas pada jamanku SD) dari pelajaran, baik ilmu kognitif, sikap maupun ilmu tentang kehidupan. Aku hanya berusaha mengajarkan apa yang aku tahu dan aku kuasai kepada muridku, sehingga ilmu yang kuberikan dapat lebih diterima. Karena gurunya sendiri paham, maka mengajarkannya pun dapat lebih mudah (bayangkan saja seorang ahli biologi diminta mengajarkan ilmu politik). Salah satu ilmu yang kuajarkan kepada muridku selain koperasi (kecil-kecilan)

Cinta ayah yang tak sama lagi - Bagian satu

“ Bagus... Alus... Pinter... ” ... Dari kecil aku tak pernah menghiraukan kata-kata papa. Papa yang tinggi besar. Papa yang punya kumis tebal, kalau sedang mencium pipiku, rasanya gatal seperti digaruk pakai sikat. Papa yang senang bercanda. Papa yang akan memukulku kalau aku tidak mau sholat. Papa yang menyuruhku membaca koleksi buku-buku tebal kisah Ramayana dan Mahabarata sedari aku masih kecil, juga koleksi buku-buku Ko Ping Ho punya papa yang ada puluhan jilid. Papa juga yang menemaniku belajar matematika atau IPA di malam hari ketika papa pulang kerja. Selain papa sangat menyukai kisah para dewa dari agama Hindu dan silat dari Cina, Papa begitu tergila-gila dengan ilmu paspal (baca: ilmu pasti alam), karena menurut papa, ilmu paspal akan membuatmu menjadi orang yang logis, taktis, cerkas (ini tidak salah tulis cerdas, tapi betul cerkas yang artinya sama seperti cekatan) dan dapat berbuat adil. Intinya papa ingin anak lelaki semata wayang ini, kelak menjadi pemimpi